EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified

Selamat Datang di Websiteku | Sebuah web yang berisikan segudang Ilmu yang bermanfaat silahkan baca Tulisan Inspiratif Yang semoga saja dapat memberikan Ilmu dan pemahaman baru bagi para pembaca | Jangan Lupa Like dan Tinggalkan Pesan Anda Pada Kotak Pesan Disamping Kanan |

Sabtu, 22 November 2014

ISLAM DI INDONESIA


Nama : Feri Anggriawan
NPM  : 1172874
MK    : Sejarah peradaban Islam


ISLAM MASUK DI INDONESIA
Peradapan Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya ke negri China pada tahun 1345 M. Agama Islam yang bermazhab Syafi’i telah mantap disana selama seabad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII dianggap sebagai awal masuknya Islam di Indonesia.

Daerah yang pertama kali dikunjungi ialah:
1. Pesisir utara Pulau Sumatera, yaitu di Peureulak Aceh Timur, kemudian sampai meluas hingga bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudra Pasai, Aceh Utara. 
2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit. 
 Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu Sultan Agung maka kemenangan agama Islam hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia.
Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni:
1.         Pada masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukan dalam bentuk yang lebih murni. Di kerajaan tersebut agma Islam tertanam kuat samapai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaitu banyaknya nama-nama Islam dan peninggalan-peninggalan keislaman.
·        Di kerajaan Banjar,
Dengan masuk Islamnya raja Banjar, perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukan fasilitas dan kemudahan lainya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit kehidupan keagamaan dikerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad al-Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf.
·        Islam di Jawa,
Pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan Jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam Islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo sangat berjasa dalam perkembangan agama Islam di pulau Jawa.

2.         Pada Masa Penjajahan
Dengan datang nya pedagang-pedagang Barat ke Indonesia yang berbeda watak dengan pedaganpedagang Arab, Persia, dan India yang beragama Islam, kaum pedagang Barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan mereka yang lebih unggul dari pada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukan kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.
Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah Islam, karena mereka belum mengetahui ajaran Islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem sosial Islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para Bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara di bidang perkawinan dan kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini. dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral.lalu, pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara perkawinan,kewarisan, perwalian, dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgeonye yang ditugasi menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintah Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia,karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang kemudian dikenal dengan politik Islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori, yaitu:
1.      Bidang agama murni atau Ibadah
Pemerintahan Kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan agamanya selama tidak  mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
2.      Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan adat kebiasaan.
3.      Bidang politik
Orang Islam dilarang membahas hukum Islam, baik Alquran maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketatanegaraan.

3.         Pada Masa Kemerdekaan
Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini. demikian pula halnya dengan kenyataan umat Islam Indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi  masa lalunya.
Seperti halnya pada masa penjajahan Belanda, sesuai dengan pendapat Snouck Hurgronye, Islam sebagai kekuatan Ibadah (Sholat) atau soal haji perlu diberi kebebasan, namun sebagai kekuatan politik perlu dibatasi.
Perkembangan sekanjutnya pada Orde Lama,Islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi (bentu/wujud) yabg paradoks, terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa orde baru, tampaknya Islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan negara.

B.     Sesudah Kemerdekaan
1.      Pra Kemerdekaan
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi, seperti:
·        Budi Utomo (1908) - Taman Siswa (1922)
·        Sarikat Islam (1911) – Nahdatul Ulama (1926)
·        Muhammadiyah (1912) – Partai Nasional Indonesia (1927)
·        Partai Komunis Indonesia (1914)
Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut, adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nahdatul Ulama yang dipelopori oleh K.H. Hasyin Asy’ari.
                        Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan suatu federasi Islam yang baru yang disebut Majlis Islan Ala Indonesia (Majlis Islam tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937.
                        Pada masa pemerintahan Jepang, ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum Muslim Indonesia, yaitu:
a.       Shumubu, yaitu kantor urusan agama yang menggantikan Kantor urusan pribumi zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.
b.      Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia) menggantikan MIAI yang di bubarkan pada bulan oktober 1943, tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokoh persatuan umat Islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan Jepang.
c.       Hizbullah (Partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi militer untuk pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2.      Pasca Kemerdekaan
Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang pada masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Masyumi dan lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan Islam yang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan kekerasan untuk merealisasikan cita-cita negara Islam Indonesia.
Gerakan kekerasan yang bernada Islam ini terjadi diberbagai daerah di Indonesia, diantaranya:
·        Di Jawa Barat, pada tahun 1949-1962
·        Di Jawa Tengah, pada tahun 1965
·        Di Sulawesi, berakhir pada tahun 1965
·        Di Kalimantan, berakhir pada tahun 1963
·        Dan di Aceh, pada tahun 1965 yang berakhir dengan kompromi pada tahun 1957


Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.
1.      Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banayak menyatu dalam kosakata bahasa Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
2.      Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.
3.      Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore


4.      Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang.

0 komentar:

Posting Komentar