EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified

Selamat Datang di Websiteku | Sebuah web yang berisikan segudang Ilmu yang bermanfaat silahkan baca Tulisan Inspiratif Yang semoga saja dapat memberikan Ilmu dan pemahaman baru bagi para pembaca | Jangan Lupa Like dan Tinggalkan Pesan Anda Pada Kotak Pesan Disamping Kanan |

Senin, 01 Desember 2014

MAKALAH Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis perbandingan antara laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode. Artinya minimal lebih dari satu periode atau lebih, dengan begitu akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi dapat berupa kenaikan atau penurunan dari masing-masing komponen analisis. Dari perubahan ini terlihat masing-masing kemajuan atau kegagalan dalam mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya.
Analisis ini merupakan bagian dari analisis horisontal, yaitu suatu tehnik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua atau tiga periode. Laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut.
Dari kedua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa analisis perbandingan laporan keuangan adalah salah satu tekhnik menganalisis laporan keuangan dimana cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan dua laporan keuangan yang sama tapi berbeda periode (lebih dari satu periode) untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam masing-masing komponen analisis dari sebuah perusahaan.

Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan resiko kesalahan pengambilan keputusan yang sekecil-kecilnya maka yang harus dilakukan adalah:
• Diperiksa terlebih dahulu tentang kewajaran dari laporan keuangan tersebut.
• Disusun secara seragam.
Untuk menyusun laporan keuangan komparatif, laporan keuangan tersebut harus diseragamkan lebih dulu.
Adanya laporan keuangan yang tidak seragam disebabkan karena:
1. Adanya keinginan khusus dari pimpinan perusahaan. Misal adanya keinginan dari pihak pimpinan bahwa hutang yang dimiliki seolah-olah sebagian besar merupakan hutang jangka panjang sedangkan hutang jangka pendeknya sedikit, hal tersebut akan memngaruhi gambaran dari laporan keuangan bahwa kalau hutang jangka pendeknya semakin sedikit maka posisi keuangan jangka pendeknya kelihatan baik.
2. Adanya perbedaan dalam penggunaan yang diharapkan dari laporan keuangan. misalnya:
laporan keuanganyang disusun untuk kepentingan pemegang saham adalah lebih ringkas daripada laporan keuangan yang disusun untuk kepentingan pimpinan perusahaan sendiri.
3. Adanya perbedaan pendapat dalam menyusun laporan keuangan. misal : dalam penilaian persediaan ada yang menggunakan metode LIFO atau FIFO, begitu juga dalam penilaian penyusutan aktiva tetap ada yang menggunakan metode garis lurus (straight line method) atau dua kali metode saldo menurun (twice straight line on the declining balace method).

B. Tujuan, Fungsi dan Kegunaan Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Tujuan analisis perbandingan laporan keuangan adalah untuk menentukan bagaimana setiap pos laporan keuangan berubah, mengapa pos-pos tersebut berubah, dan apakah perubahan tersebut menguntungkan ataukah tidak.
Fungsi dan kegunaan analisis ini adalah:
• Untuk mengetahui perubahan masing-masing unsur laporan keuangan dalam beberapa periode.
• Sebagai dasar pembuatan perencanaan,kebijaksanaan, keputusan, serta tindakan operasional manajemen perusahaan pada periode yang akan datang.

C. Model Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua model, yaitu: pertama, analisis horizontal atau analisis dinamis dan kedua, analisis vertikal atau analisis statis.
1. Analisis Horizontal
Analisis horizontal yaitu suatu tehnik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Dalam analisis horizontal yang dibandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode.
Adapun pengertian yang lain menyebutkan bahwa analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain. Penyajian dengan cara tersebut memudahkan pembaca laporan untuk membandingkan elemen-elemen laporan keuangan di antara periode yang dilaporkan. Dalam laporan ini kemudian disajikan selisih kenaikan atau penurunan nilai setiap elemen laporan keuangan yang dinyatakan dalam persen dan nilai mata uang tertentu.
Analisis horizontal dilaksanakan dengan membandingkan angka-angka dalam suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan lainnya, antara pemerintah dengan pemerintah lainnya. Seperti misalnya kenaikan atau penurunan komponen-komponen yang ada di laporan keuangan.
Keuntungan yang diperoleh dari analisis horizontal kita akan tahu terjadinya perubahan-perubahan terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode lain.
Analisis horizontal bertujuan untuk menunjukan perkembangan perusahaan dengan cara membandingkan laporan laba rugi dua periode berurutan .

2. Analisis Vertikal
Analisisi vertikal adalah analisis yang dilakukan hanya dengan membandingkan satu pos dengan pos yang lain dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan. Di dalam analisis vertikal dilakukan dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama.
Adapun pengertian lain yang menyebutkan bahwa analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui.
Analisis vertikal atas laba rugi dilakukan dengan mengambil salah satu pos dalam laporan yang diberi index 100%, kemudian pos – pos lainnya dibandingkan dengan index tersebut. Dari analisis vertikal tidak dapat dilihat perkembangan perusahaan karena analisis ini hanya memberikan perbandingan (%) antara masing – masing pos dalam suatu periode akuntansi.

D. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perubahan Dalam Laporan Keuangan Neraca untuk Suatu Periode
Langkah awal yang baik di dalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan menyajikan laporan keuangan secara komparatif, misalnya untuk dua atau tiga tahun atau lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini akan adapat diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta memberikan petunjuk yang berharga didal rangka memprediksi masa datang.
Pembandingan laporan keuangan untuk dua atau tiga periode dapat dilakukan dengan menghitung perubahan dari tahun ketahun, baik dalam jumlah absolute (rupiah) maupun dengan prosentase. Didalam perbandingan laporan keuangan, perubahan baik dalam absolute (rupiah) maupun prosentase, keduanya harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena ukuran rupiah dari dasar yang berbeda, yang digunakan untuk menghitung perubahan prosentase dapat mengakibatkan perubahan prosentase yang besar, melebihi porsinya. Sebagai contoh, suatu perubahan sebesar 20% dari satu angka Rp 1 juta adalah jauh lebih tidak ada artinya dibandingkan dengan perubahan yang sama dari angka Rp 100 juta.
Neraca yang diperbandingkan menunjukkan aktiva, hutang serta modal perusahaan pada dua tanggal atu lebih untuk satu perusahaan atau pada tanggal tertentu utnuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan neraca untuk dua atau lebih dakan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi.
Perubahan-perubahan didalam neraca dalam suatu periode mngkin disebabkan:
1. Laba atau rugi yang bersifat operasional maupun insedentil.
2. Diperolehnya aktiva baru maupun adanya perubahan bentuk aktiva.
3. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adanya perubahan bentuk hutang yang satu ke bentuk hutang yang lain.
4. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal saham (adanya penambhan atau pengurangan modal)
5. Adanya pengurangan aktiva seperti pelunasan utang piutang.
6. Berubahnya bentuk aktiva dari tetap ke lancar.
7. Perubahan lainnya.
Dari hasil analisis perbandingan laporan keuangan ini, dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi. Kemudian, hasil analisis ini dapat ditunjukkan ke dalam bentuk: 1. Jumlah dalam rupiah;
2. Jumlah penurunan dalam rupiah;
3. Jumlah kenaikan dalam rupiah;
4. Perbandingan dalam presentase;
5. Perbandingan dalam bentuk rasio.
Dalam membuat perbandingan antara berbagi laporan keuangan biasanya aktiva tertentu seperti aktiva tidak berwujud (goodwill, hak patent, hak pengarang,dll) dan biaya yang ditangguhkan tidak diikutsertakan, karena sering tidak komparabel. Hal ini disebabkan masing-masing perusahaan mempunyai ciri-ciri khas mengenai aktiva tersebut.
Dalam membandingkan laporan keuangan dapat digunakan 2 jenis sumber data;
• Mempergunakan laporan keuangan dari satu perusahaan untuk beberapa tahun
• Membandingkan laporang keuangan dari beberapa perusahaan untuk tahun yang sama, misalnya tahun 2010 saja.
Langkah-langkah dalam menganalisis neraca:
a. Analisis terhadap perubahan jumlah totalnya (misalnya perubahan jumlah aktiva).
b. Analisis terhadap peruabhan subtotalnya (misalnya perubahan aktiva lancar, hutang lancar, aktiva tetap dan peruabahn subtotal lainnya).
c. Analisis terhadap peruabahan-perubahan yang terjadi di dalam masing-masing pos.

Laporan laba rugi yang diperbandingkan menunjukkan penghasilan, biaya, laba, atau rugi bersih dari hasil operasiperusahaan dalam dua periode atau lebih. Keuntungan utama diketahuinya kenaikkan atau penurunan adalah bahwa perubahan yang besar akan terlihat denganjelas, dan dapat segera diadakan penyelidikan atau analisis lebih lanjut dan menunjukkan sampai seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan dari hasil-hasil yang telah dicapai. Dengan membandingkan atau menghubungakan antara perubahan yang satu dengan perubahan lainnya akan dapat ditarik kesimpulan megenai perubahan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

E. Contoh Perhitungan Dalam Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Agar analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dibuatkan kolom-kolom terlebih dulu. Tujuannya adalah agar lebih mudah untuk melihat dan membandingkan satu sama lainnya. Bentuk kolom-kolom dalam analisis perbandingan secara horizontal dapat dilakukan dengan berbagai cara. 
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos neraca:
Sisi aktiva lancar
1. Kas terjadi kenaikan sebesar Rp 100,00 atau sekitar 40%, yaitu peningkatan dari tahun 2006 sebesar Rp 250,00 menjadi Rp 350,00 pada tahun 2007.
2. Rekening giro juga terjadi peningkatan sebesar Rp 25,00 atau sekitar 14,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 175,00 menjadi Rp 200,00 pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan adanya pembayaran lewat rekening giro dan setoran ke rekening tersebut.
3. Terjadi penurunan pada surat-surat berharga sebesar Rp 90,00 atau sekitar 64,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 140,00 menjadi Rp 50,00 pada tahun 2007. Hal ini desebabkan karena adanya pencairan dan penjualan surat-surat berharga yang dimiliki.
4. Terjadi penurunan pada piutang sebesar Rp 100,00 atau sekitar 28,6% dari tahun 2006 sebesar Rp 350,00 menjadi Rp 250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pembayaran debitur.
5. Sediaan terjadi peningkatan sebesar Rp 25,00 atau sekitar 20% dari tahun 2006 sebesar Rp 125,00 menjadi Rp 150,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pembelian sejumlah bahan baku dan sejumlah barang untuk diperdagangkan.
6. Total aktiva lancar terjadi penurunan sebesar Rp 40,00 atau sekitar 3,9% dari tahun 2006 sebesar Rp 1.040,00 menjadi Rp 1.000,00 pada tahun 2007.
Sisi aktiva tetap
1. Terjadi peningkatan pada tanah sebesar Rp 1.200,00 atau sekitar 40% dari tahun 2006 sebesar Rp 3.000,00 menjadi Rp 4.200,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pembelian tanah untuk keperluan perusahaan.
2. Terjadi peningkatan pada mesin sebesar Rp 1.000,00 atau sekitar 40% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.500,00 menjadi Rp 3.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pembelian penambahhan mesin baru.
3. Terjadi penurunan pada kendaraan sebesar Rp 500,00 atau sekitar 33,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 1.500,00 menjadi Rp 1.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penjualan terhadap kendaraan lama dan ada kendaraan yang umur ekonomisnya sudah berakhir .
4. Akumulasi penyusutan meningkat sebesar Rp 50,00 atau sekitar 12,5% dari tahun 2006 sebesar Rp 400,00 menjadi Rp 450,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan penambahan aktiva tetap dari mesin.
5. Total aktiva tetap meningkat sebesar Rp 1.650,00 atau sekitar 25,5% dari tahun 2006 sebesar Rp 6.600,00 menjadi Rp 8.250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena penambahan aktiva tetap lebih besar dari yang dikeluarkan.
6. Total aktiva lain menurun sebesar Rp 110,00 atau sekitar 25% dari tahun 2006 sebesar Rp 360,00 menjadi Rp 250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan ada sebagian komponen aktiva lainnya sudah selesai seperti bangunan dalam proses.
7. Total aktiva meningkat sebesar Rp 1.500,00 atau sekitar 18,8% dari tahun 2006 sebesar Rp 8.000,00 menjadi Rp 9.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah aktiva secara keseluruhan.
Sisi passiva lancar:
1. Utang bank menurun sebesar Rp 300,00 atau sekitar 54,6% dari tahun 2006 sebesar Rp 550,00 menjadi Rp 250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pelunasan terhadap utang bank yang sudah jatuh tempo.
2. Utang dagang meningkat sebesar Rp 100,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006 sebesar Rp 100,00 menjadi Rp 200,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan pembelian barang dagangan secara kredit.
3. Utang wesel lunas atau menurun sebesar Rp 100,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006 sebesar Rp 100,00 menjadi Rp 0 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pelunasan terhadap utang tersebut.
4. Utang lainnya meningkat sebesar Rp 50,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006 sebesar Rp 50,00 menjadi Rp 100,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan utang seperti utang gaji dan utang pajak.
5. Total utang lancar menurun sebesar Rp 250,00 atau sekitar 31,1% dari tahun 2006 sebesar Rp 800,00 menjadi Rp 550,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya utang yang sudah jatuh tempo atau lunas lebih besar ketimbang memperoleh utang baru.
Sisi utang jangka panjang:
1. Utang bank 3 tahun menurun sebesar Rp 800,00 atau sekitar 29% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.750,00 menjadi Rp 1.950,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena sebagian utang sudah lunas.
2. Utang obligasi menurun sebesar Rp 550,00 atau sekitar 27,5% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.000,00 menjadi Rp 1.450,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya pelepasan obligasi (dijual).
3. Terjadi penambahan pada utang hipotek sebesar Rp 1.550,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006 sebesar Rp 0 menjadi Rp 1.550,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan hutang hipotek dengan jaminan aktiva tetap perusahaan selama 5 tahun.
4. Total utang jangka panjang menurun sebesar Rp 200,00 atau sekitar 4% dari tahun 2006 sebesar Rp 4.750,00 menjadi Rp 4.950,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan utang jangka panjang lebih kecil ketimbang pelunasannya.
Sisi ekuitas:
1. Modal setor meningkat sebesar Rp 500,00 atau sekitar 25% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.000,00 menjadi Rp 2.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya tambahan modal dari penjualan saham.
2. Cadangan laba meningkat sebesar Rp 1.050,00 atau sekitar 23,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 450,00 menjadi Rp 1.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena jumlah cadangan dari tahun sebelumnya ditambah cadangan sekarang.
3. Total ekuitas meningkat sebesar Rp1.550,00 atau sekitar 63,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.450,00 menjadi Rp 4.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena semua komponen ekuitas seperti modal setor dan cadangan laba meningkat.
4. Total passiva meningkat sebesar Rp1.500,00 atau sekitar 18,8% dari tahun 2006 sebesar Rp 8.000,00 menjadi Rp 9.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena sebagian utang berkurang jumlahnya ketimbang bertambahnya ekuitas.
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi:
1. Penjualan meningkat Rp 1.400.000,00 atau sebesar 16,5% dari tahun 2006 sebesar Rp 8.500.000,00 menjadi Rp 9.900.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan barang yang dijual dan laku di pasaran.
2. Harga pokok penjualan meningkat Rp 1.100.000,00 atau sebesar 17,6% dari tahun 2006 sebesar Rp 6.250.00,00 menjadi Rp 7.350.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan seiring dengan meningkatnya penjualan.
3. Laba kotor meningkat Rp 300.000,00 atau sebesar 13,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 2.250.000,00 menjadi Rp 2.550.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebebkan karena penjualan yang meningkat.
4. Total biaya operasi meningkat Rp 130.000,00 atau sebesar 12,2% dari tahun 2006 sebesar Rp 1.065.000,00 menjadi Rp 1.195.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan biaya seperti biaya administrasi dan umum, biaya penjualan dan biaya lainnya.
5. Laba kotor operasi meningkat Rp 170.000,00 atau sebesar 14,4% dari tahun 2006 sebesar Rp 1.185.000,00 menjadi Rp 1.355.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena penjualan yang meningkat.
6. Penyusutan meningkat Rp 50.000,00 atau sebesar 12,5% dari tahun 2006 sebesar Rp 400.000,00 menjadi Rp 450.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan aktiva tetap.
7. Pendapatan bersih operasi meningkat Rp 120.000,00 atau sebesar 15,3% dari tahun 2006 sebesar Rp 785.000,00 menjadi Rp 905.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan penjualan.
8. Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) meningkat Rp 230.000,00 atau sebesar 27,1% dari tahun 2006 sebesar Rp 850.000,00 menjadi Rp 1.080.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena penjualan yang meningkat.
9. Total biaya bunga menurun Rp 70.000,00 atau sebesar 28% dari tahun 2006 sebesar Rp 250.000,00 menjadi Rp 180.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena jumlah utang bank yang berkurang (lunas).
10. Laba sebelum pajak (EBT) meningkat Rp 300.000,00 atau sebesar 50% dari tahun 2006 sebesar Rp 600.000,00 menjadi Rp Rp 900.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penjualan.
11. Laba sesudah bunga dan pajak (EAIT) meningkat Rp 240.000,00 atau sebesar 50% dari tahun 2006 sebesar Rp 480.000,00 menjadi Rp 720.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penjualan.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers

Purba Nadiks, 1995, Akuntansi Untuk Manajer, Jakarta: Rineka Cipta

0 komentar:

Posting Komentar